12 Februari 2016

Ustadz Bendri Jaisyurrahman: Bertemu dan Berpisah Karena Allah - Seri 2

Assalamu'alaikum, Kayfa halukum? (Bagaimana kabar kalian?) Bismillaahirrahmaanirrahiim. Sebuah catatan, "Bertemu dan Berpisah Karena Allah - Seri 2". Oleh ustadz Bendri Jaisyurrahman. Masjid Baitul Ilmi JakSel, ahad, 1 Juni 2014, 11.00-12.00 WIB.


SEMUA TERJADI ATAS KEHENDAKNYA

Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.(QS. Al Hadid: 22-23)

Bertemu jangan lebay, berpisah jangan lunglay.
Bertemu jodoh jangan lebay, ga perlu lebay share status di Facebook atau Twitter.

Cinta yang berlebihan bermuara pada jiwa yang sakit.
Cinta yang sejati menyembuhkan luka bukan membuat sakit.

- Hidup bukan sekedar urusan punya pasangan
- Saat bertemu/berpisah tetap dalam ketakwaan
- Menikah menggenapkan separuh agama.
- Hakikat takwa terealisasi jika menahan diri dari syahwat dengan menikah DAN tetap beramal shaleh seproduktif mungkin

> Imam Ahmad menikah di usia 40 tahun NAMUN telah hafal qur'an dan 1 juta hadits. Bagaimana dengan kita?

> Nikah bukan perkara siap atau tidak tetapi perkara berani atau cemas. Berani dengan ilmu ada persiapan. Cemas dan was-was karena bodoh dan tidak ada ilmu.

"Pelajarilah ilmunya sebelum kalian berumah tangga." (Umar ibn Khattab).

JIKA JODOHMU TAK JUGA KETEMU

- Perbanyak dzikir dan akui kelemahan diri. Tak perlu banyak alibi
- Adam dan Hawa dipisahkan. 40 tahun Adam berdoa seperti ini. "Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa illamtaghfirlanaa watarhamnaa lakunanna minal khasiriin." (Yuk tadaburi maknanya)
- Tetap dan selalu berprasangka baik pada Allah.
- Menjaga ketaqwaan dalam penantian.
- Sibukkan diri dalam kebaikan.
- Jangan jadi "pasien rumah sakit" pernikahan. Sedikit-sedikit galau dan mengeluh kapan gue nikah?
- Terhambatnya hajat kita bisa jadi karena belum terampuninya dosa-dosa.

SAAT ALLAH MEMPERTEMUKAN

- Jangan berlebihan, jaga perasaan yang masih lajang. Kesenangan pernikahan jangan sampai di atas penderitaan orang lain.
- Ingat visi hidup untuk meraih cinta Allah bukan hanya cinta si dia
- Saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran
- Evaluasi tak pernah henti
- Mempersiapkan diri jadi pengantin lagi kelak di surga abadi
- Buat proyek peradaban cetak generasi islam nan gemilang

JIKA HARUS BERPISAH

- Bedakan perpisahan ideologis dengan perpisahan tragis
- Lisan tetap dijaga dari kalimat yang tidak berkah
- Pandai-pandai mencari ibrah dan hikmah
- Jangan libatkan orang lain dalam konflik perpisahan
- Berikan hak mantan
- Segera MOVE ON buat planning kehidupan
- Jika ada masalah dalam pernikahan utamakan solusi spiritual (tilawah quran dan perkuat ibadah sunnah) lalu baru keluarkan solusi teknis. Jika tidak ada perubahan baru lakukan mediasi dan terakhir gugat cerai.

> Kisah ulama yang setelah ta'aruf mendapati istrinya sangat buruk rupa. Ia sabar dan tetap mencintai dan mempertahankan pernikahannya selama 25 tahun. Ketika sang istri sakit, istrinya bertanya, "Mengapa kamu tetap mau bersama denganku?"

"Akadku pada Tuhanku, perlakuan baikku pada Tuhanku karena aku berjanji pada-Nya."

> Ingatlah Mitsaqan Ghalizhaa saat akad nikah adalah perjanjian kedua yang terberat setelah dua kalimah syahadat.
> Pilih pasangan yang kukuh syahadatnya.
> Di sisi lain Zaenab binti Muhammad shalallahu alaihi wassalam dipaksa bercerai dengan Abu Ash oleh ayahnya sendiri karena Abu Ash murtad.

> Cintai dengan hati bukan dengan jiwa, agar jika sakit hanya sakit hati tidak sakit jiwa.

Barakallaahulakum.

Sumber dari WhatsApp broadcast. Telah R10 edit seperlunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.