25 Februari 2016

Berapa pun Usia Kita, Tetap Semangat Menghafal Al Quran

Bismillaah. Sore kemarin atas izin Allah akhirnya saya berhasil menamatkan buku 'Mahasiswa-Mahasiswa Penghafal Qur'an'. Padahal belinya sih udah dari November lalu kalau nggak salah. Tapi begitulah ke(sok)sibukan menjadikan saya tak tuntas-tuntas membacanya. Qadarullah, disempatkan justru saat sedang sakit.


Menghafal Qur'an. Sampai beberapa tahun yang lalu, saya masih berpikir kalau hal ini hanya bisa dilakukan atau dicapai oleh para alim ulama atau mereka yang sedari kecil mengenyam pendidikan pesantren. Karena, dalam pikiran saya yang awam, yang dari kecil belum pernah belajar di sekolah Islam, mana mungkin Qur'an yang tebal itu bisa dihafal oleh 'orang biasa'?

Sampai muncullah acara hafidz cilik di tivi. Mereka adalah anak-anak 'biasa' dalam artian bukan anak alim ulama. Tapi mereka bisa hafal Qur'an sekian juz. Gimana caranya? Pasti ada rahasianya. Lambat laun pikiran saya pun terbuka. Saya berjuang mencari dan mempelajari resepnya.

Pertama, saya akhirnya mendapati fakta bahwa otak anak-anak yang seperti spon itu mampu menyerap banyak hal dengan cepat. Maka itulah yang saya lakukan pada Gaza, memperdengarkan Qur'an sejak dini. Alhamdulillaah meski masih jauh banyaknya dari para hafidz cilik itu, Gaza ternyata mampu menghafal cukup banyak surat pendek, bahkan saat genap 6 tahun kemarin, ia berhasil menyelesaikan An Naba. Suatu prestasi yang jauh lebih hebat jika dibandingkan ibunya dulu.

Ini bikin saya mikir, berarti saya juga mesti ngafal Qur'an. Gak bisa lagi cuma mengandalkan hafalan yang seadanya. Gimana kalau ngetes hafalan Gaza 'ntar? Masa iya sambil buka Qur'an? 'Ntar anaknya komplain, Gaza disuruh ngafal, bunda aja gak hafal. Anak sulung saya kan kritis banget urusan begini.

Pertanyaannya, emang udah seumur saya begini, otaknya masih sanggup gitu ngafal Qur'an??

Tuitt tuitt, WhasApp saya bunyi. Dari tante, isinya, Alhamdulillaah, hari ini tante berhasil setor hafalan juz 29. Selanjutnya mau mulai dair juz 1 aja.

Jreeng, jawaban Allah tersaji langsung bahkan saat pertanyaan saya baru terucap dalam hati. Tante saya yang umurnya hampir 50 aja bisa, jadi apa alasan saya untuk gak bisa??

Selanjutnya, saat buka socmed, gambar pertama yang saya temukan adalah cover buku #MahasiswaMahasiswaPenghafalQuran ini pula. Complete, itu jawaban Allah!

Berarti modal pertama adalah, yakinkan dulu diri ini bahwa berapapun usia kita saat ini, menghafal Qur'an adalah hal yang mungkin, bahkan sangat mungkin. Itu aja dulu. Tips selanjutnya, berdasarkan hikmah yang saya pelajari dari buku Mahasiswa-Mahasiswa Penghafal Qur'an, akan saya bagikan berikut ini.

1. Jadikan Qur'an sebagai buku manual atas setiap permasalahan yang kita hadapi. Pokoknya apapun masalahnya, Qur'an solusinya. Jadi sebelum curhat sana sini, ambil wudhu terus baca Qur'an. Pelan dan hayati maknanya. Well memang solusi nggak dateng secepat kilat seperti ujug-ujug ada uang segepok dari langit. Tapi InsyaaAllah ayat-ayat Qur'an akan mampu menentramkan hati yang galau. Kalau udah tenang, solusi lebih mudah didapat.

2. Jadikan Qur'an sebagai prioritas utama. Berikan waktu terbaik kita untuk menghafalnya, baik kualitas maupun kuantitas. Sebelum subuh misalnya selama satu jam, atau bada zuhur sebelum kembali beraktifitas untuk yang bekerja di kantor. Luangkan waktu, curahkan perhatian penuh.

3. Tetapkan motivasi dan tekad yang kuat. Misalnya, kita tahu fakta bahwa Penghafal Qur'an aja (yang) bisa memberi syafaat serta memberi Mahkota kemuliaan pada orangtuanya di akhirat kelak, maka Jadikan itu sebagai motivasi. Inget deh waktu sekolah dulu. Kalau kita jadi juara kelas atau juara lomba mewarnai terus orang tua kita disebut namanya, bangga kan? Apalagi hafal Qur'an.. Yang manggil kelak Sang Pemilik Alam, dihadapan jutaan umat manusia. Masa sih gak mau?

4. Ingat masa depan anak-anak. Ini juga penting. Anak-anak kita kini tumbuh dan berkembang di masa saat fitnah merajalela. Qur'an ini solusi Maha Hebat untuk bisa menangkal semua fitnah keji itu. Yuk kita ajarkan pada anak-anak. Selain baik untuk masa depan mereka, juga bisa menjadi amal jariyah saat kita sudah meninggal nanti. Anak-anak yang menghafal Qur'an akan mampu mengangkat orangtuanya ke surga. Itu jaminan Allah.

5. Nikmati proses menghafal Qur'an, jangan terburu-buru. Yes, memiliki target memang baik untuk evaluasi. Tapi harap diingat kalau Qur'an bukan buku pelajaran yang 'asal hafal', namun sangat baik jika kita bisa menghayati, mengamalkan dan mengajarkannya kembali. Intinya jangan sampai menghafal Qur'an jadi beban.

6. Menghafal Qur'an bukan tentang luangnya waktu tapi tentang lapangnya hati. Setiap orang memiliki cerita hidup masing-masing, jadi tentu ada ribuan cara berbeda untuk melapangkan hati. Untuk yang hatinya sempit karena pengalaman buruk di masa lalu, maka berproseslah untuk melepasnya. Untuk yang hatinya sempit karena banyak merasa iri dengki, maka Upayakan untuk lebih banyak Bersyukur, dan lain-lain. Yuk buat hati lapang agar cahaya Qur'an mudah masuk.

7. No excuse, justru Jadikan keterbatasan sebagai pemacu untuk lebih dekat dengan Qur'an. Kekurangan materi, fasilitas, dukungan keluarga dan lain lain sangat mungkin jadi sandungan dalam niat atau proses menghafal Qur'an. Jangan biarkan itu menghambat, justru lecut semangat untuk bisa menyingkirkan semua tantangan dengan solusi ala Allah yang tertuang dalam Qur'an.

8. Bergabunglah dalam majelis Penghafal Qur'an. Jadikan teman dan kerabat sebagai partner dan reminder. Ibarat lidi, jika hanya satu seringkali tak mendatangkan manfaat. Jika banyak, banyak pula manfaatnya bukan?

Menghafal Qur'an itu proses panjang. Mungkin awalnya terlihat keren, bersemangat... Namun akan sulit bila lidah kita tak terbiasa membersamai ayat-ayatNya.  (Asma Nabila, Mahasiswa-Mahasiswa Penghafal Qur'an)

Jadi, istiqamah lah..

Saya bukanlah seorang hafidzah. Masih jauh proses saya menuju ke sana. Menuliskan ini merupakan salah satu upaya saya untuk memperkuat azzam dalam menghafal sekaligus mengajak teman-teman melakukan hal yang sama. Barangkali masih banyak di antara teman-teman yang berpikir kalau menghafal Qur'an adalah hal yang mustahil.

No, salah besar! Allah yang ciptakan otak dan hati kita. Allah pula yang ciptakan Qur'an. Memohonlah padanya untuk memudahkan kita menghafal dan mengamalkannya. Semoga ini bisa menjadi solusi untuk mencegah beragam fitnah akhir zaman. Aamiin.

#PrithaKhalida
Seorang ibu rumah tangga yang meski tertatih namun tetap berupaya untuk membersamai kedua puteranya Gaza dan Bilal untuk menghafal Qur'an

Sumber: https://www.facebook.com/indonesiaquran/photos/a.345628535478553.77644.342198942488179/1050026655038734/?type=3&comment_id=1050065401701526&comment_tracking=%7B%22tn%22%3A%22R%22%7D

Posting ini telah diedit seperlunya tanpa mengurangi pesan yang disampaikan. Misalnya tulisan yang disingkat, R10 coba sesuaikan dengan EYD dan diposting ulang di http://catatanr10.blogspot.co.id/2016/02/tetap-semangat-menghafal-quran.html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.