Para orang tua akan berusaha memberikan nama terbaik bagi buah hati mereka. Sampai-sampai ada buku khusus yang hanya berisi nama-nama. Buku itu dibuat agar para orang tua mudah memilihkan nama yang mulia. Hal ini berlaku sedari dulu, kecuali di masyarakat Arab jahiliyah.
Membaca buku-buku sejarah bangsa Arab atau syair-syair Arab klasik, kita akan jumpai nama-nama yang buruk, mengerikan, dan tidak disukai. Seperti nama nenek moyang orang Quraisy, termasuk nenek moyang Nabi ﷺ, adalah Qushay bin Kilab bin Murrah. Sedangkan Nabi ﷺ bersabda,
“Sedangkan nama yang paling buruk adalah Harb dan Murrah.” (HR. Abu Dawud, Bab Pengubahan Nama, No. 4950).
Kita juga tahu nama kakek sahabat yang mulia Muawiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu adalah Harb.
Kilab artinya anjing-anjing. Murrah artinya pahit. Dan Harb artinya peperangan.
Nama-nama Arab lainnya adalah Sahm yang artinya anak panah. Alat untuk membunuh. Ada yang namanya Duqaisy, binatang kecil. Kemudian Muqatil (pembunuh), Muharib (orang yang berperang), Dharar (membahayakan), Asad (singa), Namr (macan tutul). Ada pula seorang sahabat yang namanya Hanzhalah yang artinya buah yang sangat pahit. Ada yang namanya Hazn (kasar) diganti oleh Nabi ﷺ dengan Sahl (lembut), dll.
Di sisi lain, mereka namai budak-budak mereka dengan nama yang indah dan bermakna baik. Seperti, Marzuq (yang diberi rezeki), Mahbub (yang dicintai), Falah (yang sukses), Farah (yang bahagia), Najah (yang berhasil), Salim (yang selamat), dll.
Tentang hal ini, Abu Duqaisy al-Kilabi pernah ditanya, “Mengapa kalian (orang-orang Arab) menamai anak-anak kalian dengan nama-nama yang buruk. Seperti Kalb (anjing) dan Dzi’bun (srigala). Sementara budak-budak kalian dinamai dengan nama-nama terbaik. Seperti Marzuq dan Rabah?”
“Kami menamai anak-anak kami untuk musuh kami. Dan menamai budak-budak kami untuk kami,” jawab Abu Duqaisy al-Kilabi.
Maksudnya adalah anak-anak mereka dibutuhkan pada saat bertempur menghadapi musuh. Nama-nama itu disebut dengan lantang di medan perang untuk menggertak dan membuat mental musuh ciut. Di sisi lain, nama-nama itu untuk mengangkat moral pasukan sendiri. Ketika nama Muqatil (sang pembunuh) dipanggil dengan lantang di medan tempur, maka akan menimbulkan kesan di barisan musuh. Dan kebanggaan di barisan pasukan sendiri.
Sedangkan budak-budak mereka, dibutuhkan siang dan malam. Budak-budak itu selalu bersama mereka di rumah. Mereka senang menyebut nama-nama yang baik itu untuk melayani mereka.
Bimbingan Islam
Islam memerintahkan umatnya untuk membaguskan nama anak. Dan sudah semestinya kaum muslimin memilih nama-nama yang dicintai oleh Allah ﷻ. "Nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman. Nama yang paling benar adalah Harits dan Hammam…” (HR. Abu Dawud, Bab Pengubahan Nama, No. 4950).
Pelajaran
Pertama: Orang Arab menamai anak mereka dengan nama buruk bukan untuk mendoakan keburukan bagi si anak. Tapi untuk menjadikan mereka sebagai ancaman para musuh. Walaupun demikian tetap diganti oleh Rasulullah ﷺ.
Kedua: Tidak semua orang yang hidup di masa jahiliyah memperlakukan budak mereka dengan buruk.
Ketiga: Islam mengganti nama-nama buruk dengan nama yang baik, apapun alasan penamaan tersebut.
Keempat: Para orang tua hendaknya memperhatikan arti dari nama-nama yang mereka berikan kepada anak-anak mereka. Walaupun dari bahasa Arab, bisa jadi maknanya buruk.
Daftar Pustaka:
– Harb, Thalal. TT. Syarh Diwan Muhalhal bin Rabi’ah. Ad-Dar al-Amaliyah.
– al-Qalqasynadi. 1987. Shubh al-A’sya fi Shina’ah al-Insya. Damaskus: Dar al-Fikr.
– al-Qahthani, Said bin Ali. 2015. Panduan Lengkap Tarbiyatul Aulad. Solo: Zamzam.
Sumber: https://kisahmuslim.com/5416-kami-namai-anak-kami-untuk-para-musuh.html
Repost: http://catatanr10.blogspot.com/2016/03/kami-namai-anak-kami-untuk-para-musuh.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.