Bacaan qiroah orang Indonesia boleh saya katakan hampir semuanya berkiblat ke Mesir. Setiap ada Qori' dari Mesir yang sedang hits selalu naik daun dan digemari di Indonesia. Sebutlah qari'-qari' terbaru diantaranya: Ahmad Nuaina, Hajjaj Al Hindawi, At Thoruthi dll.
Disamping meniru variasi dan maqamat mereka, qari' Indonésia perlu berhati-hati pada hukum tajwid yang dibawakan. Tidak semua bacaan qiroah merdu dari Mesir yang membuat kita terpesona lalu kita terpengaruh pada beberapa hukum tajwed yang tidak dibolehkan. Di antara pelanggaran-pelanggaran yang dimaksud:
1. Membaca Taawwudz
Beberapa qari' pernah saya jumpai -ketika membaca taawwudz- mereka lalai dan teledor tidak memanjangkan huruf ain pada kata 'uuudzu dari kata auudzu sepanjang 2 harakat. Penyebabnya adalah karena bacaan taawwudz selalu dibaca dengan nada bayyati qoror yang suara dan nada nya begitu lirih dan rendah.
2. Mengucap huruf ح dan ه
Di antara huruf-huruf yang memiliki sifat udara keluar (hams) yang tempat keluarnya (makhrojnya) paling jauh adalah huruf ح dan ه. Sebagaian besar qari'-qari' timur tengah yang saya dengar selalu membaca kedua huruf ini dalam keadaan kurang sifat udara (hamsnya). Sehingga huruf ه terdengar seperti suara bacaan tashil sedangkan huruf ح terdengar seperti huruf ع mendekati huruf 'g'.
Prediksi saya, penyebabnya adalah cepat kehabisan (penghematan) nafas. Semakin jauh makhroj sebuah huruf semakin berat juga cara mengucapkannya, dalam hal ini huruf ء dan ه. Semakin berat lagi jika ada unsur penarikan nafas dari dalam.
3. Seakan Wajib Tamthith
Tamthit adalah memanjangkan lebih dari ukuran 2 harakat. Biasanya sering terjadi pada mad thabii, adapun untuk ghunnah, iqlab, idghom dll -meski panjangnya 2 harakat- namun dalam praktiknya sedikit memanjang. Istilah yang tepat digunakan bukan tamthit, akan tetapi tarokhi.
Tamthit ini biasanya terjadi untuk mencari celah variasi atau irama pada sebuah kata dalam Al quran supaya terlihat manis didengar. Namun karena peletakannya tidak tepat maka sang qori' jatuh pada pelarangan cara membaca.
4. Kebanyakan At Tar'id
Memang, bacaan yang tanpa ada at tar'idnya serasa hambar. Namun tidak boleh berlebihan sekira tidak menimbulkan tambahan huruf Hamzah yang terpotong-potong.
At tar'id adalah menggetar-getarkan suara sehingga terdengar seperti petir yang menyambar-nyambar. Gambarannya seperti anda mengucapkan nada do re mi fa so la si do pada bacaan mad lazim 'Dhoooooooolin'.
Ke empat poin di atas adalah yang paling saya soroti ketika mendengarkan bacaan qiroah bil ghina. Tentu tidak 4 ini saja, ada hal-hal lain yang saya rasa kurang, namun tidak terlalu penting untuk saya sebutkan di sini.
----
Terus yang nulis udah sempurna gitu ngajinya, kritak sini - kritik sana? Ngaca dong!
Tentu sangat belum dan sangat masih kurang. Kritikan ini adalah yang sering disampaikan para ulama Qur'an yang gigih dalam menjaga kemurniaan bacaan. Jadi status saya hanya menukil dan menuangkan kembali apa yang pernah disampaikan.
Semoga ada sedikit manfaat dan sedikit kebaikan. Mohon koreksi
Salam persaudaraan & persahabatan
Mochamad Ihsan Ufiq
Pusat butik JMP Surabaya, 17 Maret 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.